Soft Skill Jadi Senjata Ampuh Lulusan Ma’soem University di Dunia Kerja: Lebih dari Sekadar IPK
Suka

Soft Skill Jadi Senjata Ampuh Lulusan Ma’soem University di Dunia Kerja: Lebih dari Sekadar IPK

Dalam lanskap dunia kerja yang semakin kompetitif, kepiawaian teknis semata nyatanya tidak lagi menjadi jaminan kesuksesan. Perusahaan modern kini semakin menyadari bahwa individu yang unggul adalah mereka yang tidak hanya mahir dalam bidangnya, tetapi juga memiliki serangkaian keterampilan interpersonal yang mumpuni. Fenomena inilah yang disadari betul oleh Ma’soem University, sebuah institusi pendidikan tinggi yang secara proaktif membekali para mahasiswanya dengan soft skill esensial, menjadikannya sebagai "senjata ampuh" bagi para lulusannya untuk menaklukkan tantangan dunia kerja.

Pengalaman M. Imam Maulana, seorang alumni program studi Bisnis Digital Ma’soem University angkatan 2024, menjadi bukti nyata akan pentingnya penekanan pada pengembangan soft skill selama masa perkuliahan. “Kemampuan teknis saja tidak cukup. Saya belajar bahwa komunikasi, kerja tim, dan manajemen waktu adalah kunci sukses di dunia kerja,” ungkap Imam, merefleksikan pengalamannya. Lebih lanjut, ia menceritakan bagaimana keaktifannya dalam berbagai program pengembangan diri yang difasilitasi oleh kampus, seperti workshop public speaking, simulasi negosiasi, dan pelatihan kepemimpinan, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap kesiapannya menghadapi realitas profesional.

Ma’soem University memahami betul bahwa pendidikan holistik mencakup lebih dari sekadar transfer pengetahuan akademis. Melalui kurikulum yang terintegrasi secara cermat, institusi ini secara sistematis melatih mahasiswanya untuk menguasai aspek-aspek penting dari emotional intelligence dan kemampuan adaptasi. Emotional intelligence, yang meliputi kesadaran diri, regulasi diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial, menjadi fondasi penting bagi kemampuan berinteraksi dan berkolaborasi secara efektif. Sementara itu, kemampuan adaptasi menjadi krusial dalam menghadapi perubahan dan dinamika yang serba cepat di dunia kerja modern.

Salah satu contoh konkret dari implementasi pengembangan soft skill adalah pengalaman Imam saat menjalani magang di Divisi Promosi kampus. Dalam peran tersebut, ia dituntut untuk berkoordinasi secara intensif dengan berbagai tim, mulai dari tim desain yang bertanggung jawab atas visual kampanye, tim konten yang menghasilkan narasi persuasif, hingga tim analisis data yang mengukur efektivitas setiap inisiatif promosi. “Saya belajar menghargai peran setiap divisi dan menyampaikan ide dengan jelas agar tujuan tim tercapai,” jelas Imam. Pengalaman ini tidak hanya mengasah kemampuan komunikasinya, tetapi juga memperkuat pemahamannya tentang pentingnya sinergi dan kolaborasi dalam mencapai tujuan bersama. Ia belajar untuk mendengarkan perspektif yang berbeda, memberikan umpan balik yang konstruktif, dan bekerja secara efektif dalam lingkungan tim yang beragam.

Penekanan Ma’soem University terhadap pengembangan soft skill bukanlah sekadar tren sesaat, melainkan respons strategis terhadap kebutuhan riil industri. M. Ryzki Wiryawan, S.Ip., M.T., Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, mengungkapkan data yang signifikan terkait hal ini. “Berdasarkan umpan balik dari 85% perusahaan mitra kami, soft skill menjadi faktor utama yang mereka pertimbangkan dalam merekrut lulusan Ma’soem University,” ujarnya. Angka ini dengan jelas menggarisbawahi bahwa perusahaan tidak lagi hanya mencari individu dengan catatan akademis yang gemilang, tetapi juga mereka yang memiliki kemampuan untuk berkolaborasi secara efektif, berpikir secara solutif dalam menghadapi tantangan, berkomunikasi dengan jelas dan persuasif, serta memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang dinamis.

Lebih lanjut, Ma’soem University mengintegrasikan pengembangan soft skill ke dalam berbagai aspek kehidupan kampus, tidak hanya melalui workshop dan pelatihan khusus. Kegiatan organisasi mahasiswa, proyek-proyek kolaboratif, dan bahkan interaksi sehari-hari di lingkungan kampus dirancang untuk mendorong mahasiswa mengembangkan keterampilan interpersonal mereka secara organik. Misalnya, keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan melatih kemampuan kepemimpinan, manajemen acara, dan kerja tim. Proyek-proyek kelompok dalam perkuliahan menuntut mahasiswa untuk bernegosiasi, berbagi tugas, dan menyelesaikan masalah bersama. Bahkan, interaksi dengan dosen dan staf kampus secara tidak langsung melatih kemampuan komunikasi dan membangun hubungan profesional.

Tulis Komentar

0 Komentar