

Mewujudkan Desa Wisata Agribisnis di Brongkol lewat Kopi dan Durian
Tim Pemberdayaan Wilayah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) 2025 kembali menggulirkan langkah strategis di Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Melanjutkan program tahun sebelumnya, tim lintas institusi ini fokus memperkuat agribisnis kopi dan durian yakni dua komoditas unggulan desa tersebut dengan pendekatan ekonomi dan pariwisata yang terintegrasi.
Program pemberdayaan tahun ini merupakan bagian dari skema tiga tahun yang didanai oleh DPPM. Jika pada tahun 2024 fokus diarahkan pada isu lingkungan untuk dua kelompok mitra, maka tahun 2025 beralih pada pengembangan ekonomi dan pariwisata. Dua mitra utama yang disasar adalah Ajuning Tani yang bergerak di sektor durian dan Karya Bakti 1 yang mengembangkan komoditas kopi.
Mengusung tema "Teknologi Budidaya dan Pengolahan Pascapanen untuk Memperkuat Agribisnis Keberlanjutan Komoditas Durian dan Kopi Desa Brongkol", kegiatan yang diselenggarakan pada Kamis (24/07/2025) ini dirancang untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat melalui diversifikasi produk unggulan. Program ini diharapkan menjadi fondasi kuat menuju Brongkol sebagai desa wisata agribisnis berbasis keunikan lokal.
“Setelah pada 2024 kami fokus menyelesaikan persoalan lingkungan, tahun ini giliran penguatan ekonomi dan pariwisata. Ini bagian dari strategi jangka panjang agar Brongkol tidak hanya dikenal sebagai penghasil kopi dan durian, tetapi juga sebagai destinasi wisata khas yang berdaya saing,” ujar Prof. Dr. Amin Pujiati, SE, M.Si., Ketua Tim Pemberdayaan Wilayah dan Guru Besar UNNES.
Desa Brongkol sendiri memiliki kekayaan alam luar biasa. Namun sayangnya, kopi dan durian selama ini hanya menghasilkan pendapatan saat musim panen. Di luar musim, penghasilan warga cenderung stagnan. Untuk mengatasi hal ini, program tahun 2025 memperkenalkan teknologi pengolahan pascapanen dan diversifikasi produk unggulan. Produk durian akan dikembangkan menjadi olahan bernilai jual tinggi seperti es krim, es lilin, dan permen durian yang memungkinkan penyimpanan dan penjualan sepanjang tahun. Sementara itu, kopi tidak hanya difokuskan pada hasil seduhan, tetapi juga dikembangkan menjadi suvenir kreatif berbahan limbah kopi, seperti aromaterapi, kerajinan tangan, dan barang khas wisata yang mendukung branding desa.
“Inovasi ini penting untuk menciptakan ketahanan ekonomi. Durian, misalnya, bisa disimpan dalam freezer dan diolah jadi produk lain. Jadi meski bukan musim panen, masyarakat tetap bisa memperoleh nilai ekonomi,” jelas Drs. Bambang Sugiantoro, S.T., M.T., akademisi dari STT Wiworotomo yang juga anggota tim pemberdayaan.
Tulis Komentar
Anda harus login dulu untuk menulis komentar.