Setiap tahun, ribuan mahasiswa baru memasuki kampus dengan satu pertanyaan besar yang selalu menghantui: apakah jurusan yang mereka pilih akan menentukan masa depan? Pertanyaan ini muncul karena kekhawatiran umum: salah pilih jurusan berarti masa depan berantakan. Namun realitas di lapangan jauh lebih kompleks. Banyak profesional sukses bekerja di bidang yang sama sekali tidak berhubungan dengan jurusan kuliahnya, sementara sebagian lain menemukan jalur karier mereka berkembang justru karena pengalaman selama kuliah, bukan nama jurusannya.
Kecemasan ini sering berakar dari tekanan keluarga dan standar sosial bahwa kuliah harus linear. Misalnya, kuliah akuntansi harus jadi akuntan, kuliah hukum harus jadi pengacara. Padahal pasar kerja modern telah berubah drastis. Perusahaan lebih fokus pada kemampuan, portofolio, dan pengalaman praktik dibanding sekadar latar belakang studi. Ketakutan salah pilih sebenarnya sering berlebihan karena peluang karier hari ini lebih fleksibel dan tidak terikat pada satu jalur tunggal.
Saat ini, banyak pekerjaan baru muncul setiap tahun, terutama di bidang teknologi, ekonomi kreatif, dan digital marketing. Ada profesi seperti UI/UX designer, data analyst, creator strategist, hingga social media specialist—semua ini tidak selalu membutuhkan jurusan tertentu. Perubahan ini membuat mahasiswa perlu adaptif, bukan kaku pada definisi jurusan. Yang menentukan masa depan bukan hanya ilmu dasar dari jurusan, tapi kemampuan mempelajari hal baru, daya kreativitas, serta kemauan untuk terus berkembang.
Menariknya, perjalanan karier mahasiswa sering dipengaruhi lingkungan kampus: organisasi, komunitas, relasi, kesempatan magang, hingga proyek-proyek kecil yang tak terpikirkan akan menjadi pintu masa depan. Ada mahasiswa jurusan teknik yang justru sukses menjadi content creator, atau mahasiswa ilmu komunikasi yang berkembang sebagai programmer karena ikut komunitas teknologi di kampus. Kampus memberi panggung, tetapi mahasiswa yang memilih mau berdiri di mana.
Pilihan jurusan memang penting sebagai fondasi awal, tetapi tidak menentukan keseluruhan takdir karier. Yang lebih relevan adalah kemampuan memaksimalkan waktu kuliah: mengambil pengalaman sebanyak mungkin, membangun jejaring, memperkuat keahlian, dan memahami minat pribadi. Ketika mahasiswa mulai melihat jurusan sebagai titik start, bukan titik finish, perjalanan akademik terasa lebih ringan dan penuh peluang.
Pada akhirnya, masa depan bukan ditentukan oleh jurusan semata, tetapi oleh apa yang dilakukan mahasiswa selama perjalanan itu berlangsung.
Belum ada komentar, jadilah yang pertama mengomentari artikel ini