Apakah Mahasiswa Perlu Punya Personal Branding? Kenapa Banyak Perusahaan Kini Mencarinya


Muhammad Rizky
Muhammad Rizky
Apakah Mahasiswa Perlu Punya Personal Branding? Kenapa Banyak Perusahaan Kini Mencarinya
Apakah Mahasiswa Perlu Punya Personal Branding? Kenapa Banyak Perusahaan Kini Mencarinya

Istilah personal branding kini semakin sering terdengar di lingkungan kampus. Banyak mahasiswa mulai membuat portofolio digital, aktif membangun identitas di media sosial, hingga menampilkan keahlian tertentu secara konsisten. Fenomena ini bukan sekadar tren, tetapi menjadi kebutuhan baru di tengah persaingan kerja yang semakin ketat. Pertanyaannya, apakah mahasiswa benar-benar perlu membangun personal branding sejak kuliah?

Dunia Kerja Kini Menilai Lebih dari Sekadar IPK

Selama bertahun-tahun, indeks prestasi kumulatif (IPK) menjadi kebanggaan mahasiswa. Namun kini banyak perusahaan menilai kandidat berdasarkan hal yang lebih luas: karakter, cara berkomunikasi, kreativitas, portofolio, dan kemampuan memecahkan masalah. Personal branding membantu mahasiswa menunjukkan hal tersebut secara terarah. Bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana mereka mempresentasikan diri dan karya kepada publik.

Media Sosial Menjadi Panggung Baru Mahasiswa

LinkedIn, Instagram, TikTok, hingga platform portofolio seperti Behance atau GitHub telah berubah menjadi ruang showcase kemampuan mahasiswa. Perusahaan kerap melihat digital presence pelamar sebagai bagian dari penilaian karakter. Mahasiswa yang mampu membangun citra positif—misalnya konsisten berbagi insight, karya, atau pengalaman—lebih mudah menarik perhatian rekruter. Personal branding yang baik dapat menjadi pintu rezeki baru, mulai dari tawaran magang hingga proyek freelance.

Risiko Identitas Digital yang Tidak Selalu Disadari

Meski menawarkan banyak peluang, personal branding juga membawa risiko yang harus diwaspadai. Mahasiswa yang terlalu fokus membangun citra sering kali merasa lelah dan tidak autentik. Ada yang mengunggah konten bukan karena ingin berbagi, tetapi karena takut tidak terlihat kompeten. Tekanan untuk selalu tampil produktif di media sosial dapat berdampak pada kesehatan mental. Identitas digital yang dibangun untuk memikat perusahaan dapat berubah menjadi beban jika tidak dikelola dengan bijak.

Membangun Citra yang Relevan Tanpa Kehilangan Diri

Personal branding idealnya berangkat dari keaslian diri. Mahasiswa tidak perlu memaksakan diri menjadi orang lain. Cukup fokus pada kemampuan, minat, dan nilai yang benar-benar diyakini. Mulai dari hal sederhana: membagikan pengalaman organisasi, mempublikasikan hasil tugas yang menarik, atau menuliskan pandangan pribadi tentang isu tertentu. Konsistensi lebih penting daripada kesempurnaan visual. Personal branding yang kuat lahir dari proses bertumbuh, bukan pamer pencapaian semata.

Pada akhirnya, personal branding bukan tentang menjadi terkenal, tetapi tentang menunjukkan siapa diri kita dan apa yang bisa kita tawarkan. Mahasiswa yang memahami hal ini sejak dini akan lebih mudah menemukan jalur karier yang sesuai, diterima di dunia profesional, dan membangun reputasi yang bertahan jangka panjang. Personal branding bukan kewajiban, tetapi keuntungan besar—selama dilakukan dengan tujuan, kesadaran, dan tetap setia pada jati diri.


RajaBacklink.com: Jasa Backlink Murah Berkualitas - Jasa Promosi Website Banner Bersponsor

Suka

Tentang Penulis


Muhammad Rizky

Muhammad Rizky

Mahasiswa - Universitas Ma'soem

Penulis Bandung

Tulis Komentar


0 / 1000